Disiplin Pertanian Kurang Diminati - JogloSemar
Berdasarkan tulisan JogloSemar tahun 2012, Disiplin Pertanian Kurang Diminati. Berikut kutipannya.
Disiplin Pertanian Kurang Diminati
Rabu, 28/11/2012 06:00 WIB - Farrah Ikha Riptayani
SOLO—Minat pelajar SMA/SMK di dunia ilmu pertanian masih minim. Hal ini diakibatkan karena cara pandang yang kurang tepat terhadap salah satu bidang ilmu terapan itu.
Praktisi pertanian, Pitoyo Ngatimin mengatakan kebanyakan para pelajar malu jika harus bertani. Hal ini diakibatkan karena cara pandang yang kurang tepat, dimana bagi mereka bertani adalah untuk orang yang berketerbelakangan.
“Ternyata petani tidak harus untuk orang yang keterbelakangan. Karena itu kegiatan bertani mulai disingkirkan oleh kaum muda,” katanya disela-sela pelatihan kewirausahaan SMA se-eks Karesidenan Surakarta terkait budidaya sayuran organik dan penanganan pasca panen yang digelar di UTP, Selasa (27/11).
Untuk menghindari cara pandang yang tidak tepat bagi ilmu pertanian, maka harus dibuat trik khusus dalam bertani dan dikemas dalam model baru. Menurutnya, bertani bukanlah kegiatan rutinitas. Melainkan merupakan salah satu kegiatan berwirausaha. Pasalnya petani dalam bertani menggunakan modal sendiri. “Kalau pabrik sekali, dua kali gagal bubar. Tetapi pertanian tidak,” jelasnya.
Untuk itu, sebagai sarana belajar bertani, kita dapat memanfaatkan lahan pekarangan yang minim. Lahan yang hanya setengah meter di depan rumah dapat digunakan untuk bercocok tanam.
Dikatakan selama ini pelajar selalu menerima hal-hal yang instan, dan tahunya sudah ada. Karena itu harus diubah. Jadi jika mau makan ada melalui proses. Karena itu pelajar perlu mengetahui proses bercocok tanam hingga apa yang harus dilakukan pasca panen. Sementara pertanian merupakan sumber ilmu yang luas bagi siswa. Seperti tentang cuaca dan lingkungan.
Menurutnya pelajar harus mengetahui keterkaitan antara pertanian dengan masa depan. Hal ini supaya mereka memiliki gambaran masa depan dalam dunia pertanian. “Ternyata pertanian tidak ada putusnya. Jika setelah lulus kita menjadi karyawan ada kemungkinan PHK. Namun di pertanian tidak pernah ada itu. Karena itu kita harus dapat melihat kesempatan yang bagus ini,” sambung Pitoyo.
Ditemui terpisah, peserta pelatihan yang juga siswa SMAN 1 Polokarto, Adnan Winarno Putro mengaku awalnya malu untuk bertani. “Malu jika kita bertani menggunakan cara kuno. Karena itu perlu adanya cara bertani modern,” ungkapnya.
Farrah Ikha Riptayani
0 komentar: